Seks
merupakan naluri alamiah yang dimiliki oleh setiap makhluk hidup di muka bumi
ini. Bukan hanya manusia yang memiliki naluri seks, tetapi juga termasuk hewan
dan makhluk hidup lainnya (tumbuhan). Seks diperlukan untuk menjaga
kelangsungan hidup hidup suatu spesies atau suatu kelompok (jenis) makhluk
hidup.
Tujuan
utama dari seks adalah untuk repeuduksi buat kepentingan regenerasi. Artinya
setiap makhluk hidup melakukan seks untuk memperoleh keturunan agar dapat
menjaga dan melestarikan keturunannya. Selain itu tujuan seks adalah sebagai
sarana untuk memperoleh kepuasan dan relaksasi dalam kehidupan (bagi manusia).
Kegiatan
seks (bagi manusia) hanya boleh dilakukan ketika sudah ada ikatan yang sah
antara laki-laki dan perempuan, ikatan itu disebut dengan nikah. Hubungan seks
yang dilakukan diluar pernikahan merupakan suatu pelanggaran terhadap
norma-norma (baik norma agama maupun norma-noram yang berlaku lainnya) dan
merupak suatu perbuatan dosa yang besar dan sangat berat hukumannnya.
Kita
sering mendengar baik dari cerita teman-teman ataupun dari berita tentang
perilaku manusia zaman sekarang yang sering melakukan hubungan seks diluar
nikah (merupakan bagian dari seks bebas). Hubungan seks tersebut merupakan
hubungan seks liar yang dilakukan secara illegal dalam artian sudah menyalahi
norma-norma yang ada.
Tidak
sepantasnya apabila seorang manusia melakukan hubungan seks diluar nikah (seks bebas),
karena hal itu lebih cenderung kepada sifat-sifat kehewanan. Coba kita
bandingkan dengan hewan-hewan yang melakukan hubungan seks sesuka
hatinya,dengan pasangan yang berbeda-beda dan dilakukan dimanapun yang penting
ada kemauan. Hewan melakukan hal tersebut karena mereka tidak dianugerahi akal
dan pikiran untuk melihat mana yang baik, mana yang buruk, mana yang pantas
dan mana yang tidak pantas untuk dilakukan. Selain itu, hewan tidak terikat
dengan norma-norma yang mengharuskannya
untuk megikuti aturan dari norma yang berlaku dan mengikat seorang manusia.
Kalau manusia melakukan kegiatan seks bebas, berarti derajat mereka tidak lebih
dari hewan yang berwajah manusia, karena manusia dianugerahi oleh Tuhan akal
dan pikiran untuk dapat memilih mana yang baik, mana yang buruk, mana yang
pantas dan mana yang tidak pantas untuk dilakukan.
Hawa
nafsu merupakan hal yang sangat menentukan dalam terjadinya perilaku seks
bebas. Hubungan seks dilakukan apabila hawa nafsu sudah menguasai dirinya. Hawa
nafsu membuat seseorang lupa segala-segalanya, termask lupa akan Tuhan, yang
dia tahu hanyalah bagaimana caranya agar nafsunya tersebut dapat tersalurkan.
Oleh karena itu, sebagai manusia ang diberukan kelebihan oleh Tuhan
dibandingfkan dengan makhluk lainnya, kendalikanlah hawa nafsu kita agar
derajat kita bias lebih tingi dari makhluk-makhluk yang lain. Karena diasaat
kita kalah oleh hawa nafsu, maka derajat kita sama dengan seekor hewan.
Seks
bebas merupakan pengaruh budaya yang datang dari barat dan kemudian diadopsi
oleh masyarakat Indonesia tanpa memfilternya terlebih dahulu. Revolusi seks
yang mencuat di Amerika Serikat dan Eropa pada akhir tahun 1960-an sudah
mermabah masuk kenegeri kita tercinta ini melalui piranti teknologi informasi
dan saran-sarana hiburan lainnya semakin canggih. Sekarang, untuk mendapatkan
suatu video, gambar dan cerita-cerita tentang seks dan pornografi lainnya
sangat mudah, tinggal cari di internet dengan mengunjungi situs-situs yang
meyediakan layanan dewasa tersebut selain itu juga film-film dewasa tersebut
juga sudah dijual oleh para pedagang kaset dan video. Begtu mudahnya akses
untuk mendapatkan hal-hal yang berbau pornografi sekarang ini menyebabkan
semakin meningkatnya angka perilaku seks bebas di dalam masyarakat.
FASE REMAJA
Manusia
selau mengalami perubahan, baik itu perubahan yang bersifat fisik (bentuk
tubuh) maupun yang bersifat nonfisik (sifat dan tingkah laku). Masa remaja
merupakan masa yang pasti dialami oleh setiap orang. Pada masa ini, pola piker
kita melakukan seks untuk memperoleh keturunan agar dapat menjaga dan
melestarikan keturunannya.
Selain
itu tujuan seks adalah sebagai sarana untuk memperoleh kepuasan dan relaksasi
dalam kehidupan (bagi manusia).Seks bebas merupakan tingkah laku yang didorong
oleh hasrat seksual yang ditujukan dalam bentuk tingkah laku. Faktor-faktor
yang menyebabkan seks bebas karena adanya pertentangan dari lawan jenis, adanya
tekanan dari keluarga dan teman. Dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan
hubungan seks bebas semakin meningkat, dari 5% ada tahun 1980-an menjadi 20% di
tahun 2000. telah dilakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan remaja
tentan seks bebas di Desa Paya Bakung Dusun I B Kecamatan Hamparan Perak Tahun
2006.
Penelitian
ini menggunakan kuesioner yang diajukan responden dengan jumlah sampel 42
responden. Hasil penelitian yang terlibat pergaulan tidak baik sebanyak 80,9%
sedangkan remaja yang memperoleh sumber informasi tentang seks bebas sebanyak
47,6% dan remaja yang keadaan ekonominya baik sebanyak 35,6% serta remaja yang
berpengetahuan cukup tentang seks bebas sebanyak 43% sedangkan baik dan kurang
masing-masing sebanyak 28,5%.Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa kurangnya pengetahuan remaja tentang seks bebas disebabkan karena
kurangnya kesadaran remaja tentang keadaannya dan tidak ada keterbukaan antara
orang tua dan anaknya.
Munculnya
istilah pergaulan bebas seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
tekhnologi dalam peradaban umat manusia, kita patut bersyukur dan bangga
terhadap hasil cipta karya manusia, karena dapat membawa perubahan yang positif
bagi perkembangan/kemajuan industri masyarakat. Tetapi perlu disadari bahwa
tidak selamanya perkembangan membawa kepada kemajuan, mungkin bisa saja
kemajuan itu dapat membawa kepada kemunduran. Dalam hal ini adalah dampak
negatif yang diakibatkan oleh perkembangan iptek, salah satunya adalah budaya pergaulan
bebas tanpa batas.
faktor penyebab
remaja melakukan perilaku seks bebas :
1.akibat
atau pengaruh mengonsumsi berbagai tontonan. Apa yang ABG tonton, berkorelasi
secara positif dan signifikan dalam membentuk perilaku mereka, terutama
tayangan film dan sinetron, baik film yang ditonton di layar kaca maupun film
yang ditonton di layar lebar.
2.faktor
lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan pergaulan. Lingkungan
keluarga yang dimaksud adalah cukup tidaknya pendidikan agama yang diberikan
orangtua terhadap anaknya. Cukup tidaknya kasih sayang dan perhatian yang
diperoleh sang anak dari keluarganya. Cukup tidaknya keteladanan yang diterima
sang anak dari orangtuanya, dan lain sebagainya yang menjadi hak anak dari
orangtuanya
Jika
tidak, maka anak akan mencari tempat pelarian di jalan-jalan serta di
tempat-tempat yang tidak mendidik mereka. Anak akan dibesarkan di lingkun1.
Pengaruh pergaulan sesama (peer group pressure). Seseorang yang mempunyai
teman2 pergaulan yang berpaham seks bebas akan bias terpengaruh oleh teman2nya
ini sehingga diapun ikut melakukan seksbebas.
3..
Pengaruh alkohol atau obat. Sewaktu kita masih waras maka kita bias berfikir
jernih bahwa seks bebas itu terlarang. Akibat pengaruh alkohol atau obat, maka
fikiran waras itu bisa terpengaruh.
4.
Pengaruh media pornografi. Seseorang yang terpapar terus menerus oleh media
pornografi bisa terdorong untuk mencoba apa yang dia lihat dalam media
pornografi tersebut. Hal ini bisa membuat dia melakukan seks bebas.
Faktor-faktor
Pendukung Perilaku Seks
Menurut
para ahli, alasan seorang remaja melakukan seks .
Tekanan
yang datang dari teman pergaulannya
Lingkungan
pergaulan yang dimasuki oleh seorang remaja dapat juga berpengaruh untuk
menekan temannya yang belum melakukan hubungan seks, bagi remaja tersebut
tekanan dari teman-temannyaitu dirasakan lebih kuat dari pada yang didapat dari
pacarnya sendiri.
b.
Adanya tekanan dari pacar
karena
kebutuhan seorang untuk mencintai dan dicintai, seseorang harus rela melakukan
apa saja terhadap pasangannya, tanpa memikirkan resiko yang akan dihadapinya.
dalam hal ini yang berperan bukan saja nafsu seksual, melainkan juga sikap
memberontak terhadap orang tuanya. Remaja lebih membutuhkan suatu hubungan,
penerimaan, rasa aman, dan harga diri selayaknya orang dewasa.
c.
Adanya kebutuhan badaniah
Seks
menurut para ahli merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan seseorang, jadi wajar jika semua orang tidak terkecuali remaja,
menginginkan hubungan seks ini, sekalipun akibat dari perbuatannya tersebut
tidak sepadan dengan resiko yang akan dihadapinya.
d.
Rasa penasaran
Pada
usia remaja. keingintahuannya begitu besar terhadap seks, apalagi jika
teman-temannya mengatakan bahwa terasa nikmat, ditambah lagi adanya infomasi
yang tidak terbatas masuknya, maka rasa penasaran tersebut semakin mendorong
mereka untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam percobaan sesuai dengan
apa yang diharapkan.
e.
Pelampiasan diri
factor
ini tidak hanya datang dari diri sendiri, misalnya karena terlanjur berbuat,
seorang remaja perempuan biasanya berpendapat sudah tidak ada lagi yang dapat
dibanggakan dalam dirinya, maka dalam pikirannya tersebut ia akan merasa putus
asa dan mencari pelampiasan yang akan menjerumuskannya dalam pergaulan bebas.
Faktor
lainnya datang dari lingkungan keluarga. bagi seorang remaja mungkin aturan
yang diterapkan oleh kedua orang tuanya tidak dibuat berdasarkan kepentingan
kedua belah pihak (orang tua dan anak), akibatnya remaja tersebut merasa
tertekan sehingga ingin membebaskan diri dengan menunjukkan sikap sebagai
pemberontak, yang salah satunya dalam masalah seks.
Untuk
mencegah hal-hal yang tidak di kehendaki, perlu ada perhatian dari kita bersama
dengan cara memberikan informasi yang cukup mengenai pendidikan seks dan
Pendidikan agama,Kalau tidak ada informasi dan pendidikan agama di khawatirkan
remaja cendrung menyalah gunakan hasrat seksualnya tanpa kendali dan tanpa
pencegahan sama sekali. semua menyedihkan, dan sekaligus berbahaya,
1.4
Pencegahan seks bebas & M.b.A
DIK-SEKS yaitu
PENDIDIKAN SEKSUAL !!
salah
satu cara yang paling ampuh untuk mencegah sex bebas yang berujung dengan M.b.A
(Merried by Accident) adalah dengan pendidikan seksual. Menurut Sarlito dalam
bukunya Psikologi Remaja (1994), secara umum pendidikan seksual adalah suatu
informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang
meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku
seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan
kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan
dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang
dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang
berlaku di masyarakat.
Dari
beberapa methode yang dilakukan juga telah membuktikan bahwa Pendidikan seksual
adalah cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong muda-mudi untuk
menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian
pendidikan seksual ini bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan
dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar. Menurut Singgih, D. Gunarsa,
penyampaian materi pendidikan seksual ini seharusnya diberikan sejak dini
ketika anak sudah mulai bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya dan
orang lain, berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan dan
umur anak serta ntunan seksualitas yang merupakan bagian dari kemanusiaan kita
sendiri.
Kalau
dikaitkan dengan kondisi saat ini maka sudah sewajarnyalah kita mendukung RUU
APP daya
tangkap anak ( dalam Psikologi praktis, anak, remaja dan keluarga, 1991). Dalam
hal ini pendidikan seksual idealnya diberikan pertama kali oleh orangtua di
rumah, mengingat yang paling tahu keadaan anak adalah orangtuanya sendiri.
Tetapi sayangnya di Indonesia tidak semua orangtua mau terbuka terhadap anak di
dalam membicarakan permasalahan seksual. Selain itu tingkat sosial ekonomi
maupun tingkat pendidikan yang heterogen di Indonesia menyebabkan ada orang tua
yang mau dan mampu memberikan penerangan tentang seks tetapi lebih banyak yang
tidak mampu dan tidak memahami permasalahan tersebut. Dalam hal ini maka
sebenarnya peran dunia pendidikan sangatlah besar.
1.5
Contoh seks bebas
Pacaran adalah
Pergaulan Bebas
Pacaran
merupakan satu konsep yang sama dengan pergaulan bebas. Dari sumber di atas
kita telah mengetahui bahwa pergaulan bebas tidak mengenal batas-batas
pergaulan. Para remaja dengan bebas saling bercengkrama, bercampur baur
(ikhtilat) antara lawan jenis, akibatnya mudah di telusuri berkembanglah budaya
pacaran.
Kecintaan
terhadap lawan jenis adalah fitrah manusia. Tetapi pacaran buakanlah wadah yang
tepat. Cinta bukanlah sekedar pandangan mata ataupun kerlingan. Bukan pula
lembaran surat yang berisi pujian kata yang melebihi dari ikatan pernikahan,
dan cinta tidak akan berakhir dengan pernikahan.
Banyak
orang yang mengagungkan dan memproklamirkan kata cinta. Namun mengapa gambaran
dan kenyataan pahit mewarnai dunia cinta. Betapa banyak cinta berujung pada
pembunuhan bayi-bayi yang tak berdosa. Banyak orang yang memiliki cinta
melakukan hal yang keji. Cinta berubah menjadi perceraian dan mengakibatkan
suramnya masa depan generasi mendatang. Mengapa pula cinta bisa dijajakan di
sembarang tempat oleh wanita berbusana minim ? Hal-hal yang mengenaskan
sekaligus memalukan itu menjadi daftar persoalan yng melingkupi dunia cinta.
Sebagian
orang berpendapat bahwa cinta bermakna kecenderungan terus menerus disertai
dengan hati yang meluap-luap. Inilah yang membuat seseorang menjadi buta dan
tuli. Kebutaan ini dapat diartikan tidak lagi melihat tata nilai terutama
nilai-nilai syariat islam, sehingga banyak orang menabrak nilai-nilai Islam
dalam mengekspresikan cintanya. Dan yang dimaksud tuli yaitu tidak mau
mendengar nasihat-nasihat agama yang seharusnya dapat membingkai cintanya.
Seperti yang telah disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW, “Kecintaanmu kepada sesuatu
bisa membuat buta dan tuli.” (HR. Ahmad). Lain halnya dengan seseorang yang
berada dalam wilayah tidak terlarang, seperti seseorang yang berada jauh dari
rumah lalu merindukan istrinya.
Semua
aktifitas tubuh kita berpotensi menimbulkan zina ketika digerakkan atas nama
syahwat yang melesat lepas dari kendali fitrah. Namun nama Allah Maha Pemurah,
zina yang dilakukan selain farji tidak sampai dikenakan hukuman cambuk. Ia
masih bisa dihapus dengan taubat yang tulus dan ditebus dengan amal-amal
shalih. Cara untuk menghindari zina adalah dengan mengendalikan hawa nafsu dan
menutup rapat-rapat pintu zina.
1.6
Bagaimana Islam memandang Pergaulan Bebas ?
Banyak
hal-hal yang negatif yang ditimbulkan oleh pergaulan bebas. Ini semua telah
terlukis oleh mereka di belahan bumi Barat, yang dulu mengagung-agungkan
kebebasan dalam segala hal, termasuk kebebasan seks, kini mereka menjerit.
Angka perceraian sangat tinggi, dan pranata pernikahan diragukan. Akibatnya
keluarga sebagai sendi masyarakat runtuh, kemudian terjadilah dekadensi moral.
Wabah AIDS menebarkan kengerian dan ketakutan karena semakin liarnya perilaku
masyarakat dalam free sex.
Apa
yang terjadi di Barat dapat kita sinyalir dari tulisan George Balusyi dalam
bukunya ; “Ledakan Seksual”, yaitu ; “pada tahun 1962, Kennedy menjelaskan,
masa depan Amerika diancam bahaya, sebab para pemudanya cenderung dan tenggelam
di dalam syahwat sehingga tidak mampu memikul tanggung jawab yang harus dipikul
di atas pundaknya. Setiap tujuh pemuda yang maju untuk jadi tentara, terdapat
enam pemuda yang tidak pantas dijadikan tentara. Sebab syahwat yang telah
mereka lampiaskan itu, telah merusak keseimbangan hygienis dan psikis mereka”.
Budaya
free sex tidak jauh berbeda dengan budaya pacaran. Dan dengan menghubungkan
fakta yang terjadi di sekitar kita, banyak para pemuda dan pemudi yang mengaku
dirinya muslim tetapi mereka melakukan perbuatan zina. Juka hal ini dibiarkan,
maka akan sangat berabhaya bagi kelanjutan da’wah Islam. Betapa sedihnya jika
ummat Islam yang begitu besar tetapi akhlak para pemudanya penuh dengan
kebobrokan. Naudzubillahi min zaalik.
1.7
Hubungan Frekuensi interaksi Dengan Media Pornografi Dan Sikap Terhadap Perilaku
Seks
Bebas Pada
Remaja
Media
massa dan segala hal yang bersifat pornografis akan menguasai pikiran remaja
yang kurang kuat dalam menahan pikiran emosinya, karena mereka belum boleh
melakukan hubungan seks yang sebenarnya yang disebabkan adanya norma-norma,
adat, hukum dan juga agama. Semakin sering seseorang tersebut berinteraksi atau
berhubungan dengan pornografi maka akan semakin beranggapan positif terhadap
hubungan seks secara bebas demikian pula sebaliknya, jika seseorang tersebut
jarang berinteraksi dengan pornografi maka akan semakin beranggapan negatif
terhadap hubungan seks secara bebas.
Apabila
anak remaja sering dihadapkan pada hal-hal yang pornografi baik berupa gambar,
tulisan, atau melihat aurat, kemungkinan besar dorongan untuk berhubungan secara
bebas sangat tinggi, bisa lari ketempat pelacuran atau melakukan dengan tema
sendiri. Hal-hal yang merugikan dari perilaku terhadap seks bebas tidak akan
terjadi, apabila individu memiliki kesadaran bertanggung jawab yang kuat. Dan
bila remaja dihadapkan pada rangsangan sosial yang tidak baik seperti seks
bebas maka remaja akan dapat menentukan sikap yang tepat yaitu sikap yang
negatif atau tidak mendukung perilaku terhadap seks bebas, sebaliknya bila
remaja memiliki sikap dengan tanggung jawab yang rendah maka terbentuklah
pribadi yang lemah sehingga mudah terjerumus pada pergaulan yang salah.
Penelitian
ini bertujuan
(1)
untuk mengetahui hubungan antara frekuensi remaja dalam berinteraksi dengan
media pornografi dan sikap terhadap perilaku seks bebas.
(2)
untuk mengetahui sejauh mana frekuensi remaja dalam berintearksi dengan media
pornografi,
(3)
untuk mengetahui bagaimana sikap remaja terhadap perilaku seks bebas. Hipotesis
yang diajukan adalah hubungan yang positif antara frekuensi interaksi dengan
media pornografi dan sikap terhadap perilaku seks bebas pada remaja.
Kesimpulan
penelitian ini adalah ada hubungan yang sangat positif antara frekuensi
interaksi dengan media pornografi dan sikap terhadap perilaku seks bebas pada
remaja, semakin sering berinteraksi dengan media pornogarafi maka akan semakin
positif atau mendukung perilaku seks bebas dan begitu sebaliknya.
=====================================================================
PEMBAHASAN
3.1
FENOMENA
Dalam
lingkungan pergaulan remaja ABG, ada istilah yang kesannya lebih mengarah
kepada hal negatif ketimbang hal yang positif, yaitu istilah Anak Gaul. Istilah
ini menjadi sebuah ikon bagi dunia remaja masa kini yang ditandai dengan
nongkrong di kafe, mondar-mandir di mal, memahami istilah bokul, gaya fun,
berpakaian serba sempit dan ketat kemudian memamerkan lekuk tubuh, dan
mempertontonkan bagian tubuhnya yang seksi.
Sebaliknya
mereka yang tidak mengetahui dan tidak tertarik dengan hal yang disebutkan
tadi, akan dinilai sebagai remaja yang tidak gaul dan kampungan. Akibatnya,
remaja anak gaul inilah yang biasanya menjadi korban dari pergaulan bebas, di
antaranya terjebak dalam perilaku seks bebas.
3.2
PENDAPAT
Melihat
fenomena ini, yang harus kita lakukan dalam upaya menyelamatkan generasi muda,
di antaranya:
Pertama,
membuat regulasi yang dapat melindungi anak-anak dari tontonan yang tidak
mendidik. Perlu dibuat aturan perfilman yang memihak kepada pembinaan moral
bangsa. Oleh karena itu Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi
(RUU APP) harus segera disahkan.
Kedua,
orangtua sebagai penanggung jawab utama terhadap kemuliaan perilaku anak, harus
menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dalam keluarganya. Kondisi rumah
tangga harus dibenahi sedemikian rupa supaya anak betah dan kerasan di rumah.
Berikut
petunjuk-petunjuk praktis yang diberikan Stanley Coopersmith (peneliti
pendidikan anak), kepada orangtua dalam mendidik dan membina anak. Pertama,
kembangkan komunikasi dengan anak yang bersifat suportif. Komunikasi ini
ditandai lima kualitas; openness, empathy, supportiveness, positivenes, dan
equality. Kedua, tunjukkanlah penghargaan secara terbuka. Hindari kritik. Jika
terpaksa, kritik itu harus disampaikan tanpa mempermalukan anak dan harus
ditunjang dengan argumentasi yang masuk akal.
Ketiga,
latihlah anak-anak untuk mengekspresikan dirinya. Orangtua harus membiasakan
diri bernegosiasi dengan anak-anaknya tentang ekspektasi perilaku dari kedua
belah pihak. Keempat, ketahuilah bahwa walaupun saran-saran di sini berkenaan
dengan pengembangan harga diri, semuanya mempunyai kaitan erat dengan
pengembangan intelektual. Proses belajar biasa efektif dalam lingkungan yang
mengembangkan harga diri. Intinya, hanya apabila harga diri anak-anak dihargai,
potensi intelektual dan kemandirian mereka dapat dikembangkan.
Selain
petunjuk yang diberikan Stanley di atas, keteladanan orangtua juga merupakan
faktor penting dalam menyelamatkan moral anak. Orangtua yang gagal memberikan
teladan yang baik kepada anaknya, umumnya akan menjumpai anaknya dalam
kemerosotan moral dalam berperilaku.
Melihat
fenomena ini, sepertinya misi menyelamatkan moral serta memperbaiki perilaku
generasi muda harus segera dilakukan dan misi ini menjadi tanggung jawab
bersama, tanggung jawab dari seluruh elemen bangsa. Jika misi ini ditunda, maka
semakin banyak generasi muda yang menjadi korban dan tidak menutup kemungkinan
kita akan kehilangan generasi penerus bangsa.
Beberapa penyebab mengapa orang bisa melakukan hubungan sex :
1.
Pegangan tangan
2.
Ciuman sebatas ciuman di pipi dan kening
3.
Ciuman bibir (kiss franc)
4.
Pelukan
5.
Petting (mulai berani melepas pakaian bagian atas)
6.
Meraba kebagian-bagian yang sensitif (mulai berani buka-bukaan)
7.
Melakukan hubungan seks
Biasanya
para remaja pada saat berpacaran baru berani melakukan tahapan dari nomor 1
sampai dengan nomor 5 (walaupun banyak juga yang berani melakukan tahapan nomor
6, tapi hanya sebagian kecil yang sudah berani melakukan hubungan seks denga
pacarnya).
=====================================================================
PENUTUP
4.1
KESIMPULAN
Berdasarkan
uraian sebelumnya penulis akan menyimpBeberulkan beberapa hal, yakni sebagai berikut
- Islam telah menetapkan dan mengatur batas-batas dalam pergaulan bebas diantaranya dengan menjaga dengan pandangan mata dan memelihara kehormatan (tarji).
- Islam tidak mengakui dan mengatur tata cara seperti yang ada pada saat ini.
- Budaya pacaran adalah merupakan satu konsep yang sama dengan pergaulan bebas dan dampak negatif (bahayanya) tidak jauh berbeda.
Terima
kasih banyak atas kepercayaannya kepada saya, dan saya sarankan agar pemuda
pemudi zaman sekarang harus hati-hati dalam pergaulan apalagi pergaulan bebas.
4.2
SARAN
Perlunya
perhatian semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat dalam mencegah
terjadinya seks bebas. Masyarakat dan pemerintah harusnya aktif dalam
mengkampanyekan anti seks bebas.
Pelajar dan
mahasiswa harusnya lebih fokus kepada pelajaran bukan fokus pacaran. Masa depan kalian masih
panjang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar